Selasa, 29 September 2009

Delapan Kado Terindah

Delapan Kado Terindah


Aneka kado ini tidak dijual di toko. Anda bisa menghadiahkannya setiap saat,dan tak perlu membeli ! Meski begitu, delapan macam kado ini adalah hadiah terindah dan tak ternilai bagi orang-orang yang Anda sayangi.

1. KEHADIRAN

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yang tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir dihadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada disampingnya. Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian, dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagian.

2. MENDENGAR

Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini, sebab, kebanyakan orang Lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan. Sudah lama diketehui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar denganbaik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya. Ini memudahkan Anda memberi tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

3. D I A M

Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai Untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya. Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya "ruang". Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomeli.

4. KEBEBASAN

Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah, " Kau bebas berbuat semaumu." Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

5. KEINDAHAN

Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik ? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari ! Selain keindahan penampilan pribadi, Anda pun bisa menghadiahkan keindahan suasana dirumah. Vas dan bunga segar cantik di ruang keluarga atau meja makan yang tertata indah, misalnya.

6. TANGGAPAN POSITIF

Tanpa, sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yang kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat,berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian (dan juga permintaan maaf ), adalah kado cinta yang sering terlupakan.

7. KESEDIAAN MENGALAH Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai Menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado " kesediaan mengalah" Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa mesti jadi pemicu pertengkaran yang berlarut-larut ? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna didunia ini.

8. SENYUMAN

Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yang beku, pemberi semangat dalam keputus asaan. pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah. Senyuman juga merupakan isyarat untuk membuka diri dengan dunia sekeliling kita. Kapan terakhir kali anda menghadiahkan senyuman manis pada orang yang dikasihi


Lain Dunia

Lain Dunia

Author: Abu Aufa


Duk... duk...!!! Ia membenturkan kepalanya berulang kali di lantai sebuah swalayan. Tubuhnya yang terlentang tampak tegang, nafasnya tersengal-sengal dengan wajah merah menahan marah. Beberapa orang berusaha membujuk, tapi sia-sia, ia terus mengamuk. Gigi mengatup, menggeretak dan dengan geram diayunkannya kaki serta tangan ke segala arah. Baginya, selain orang terdekat dan tersayang, semua adalah ancaman yang mengusik dunianya.

Bergegas seorang wanita menghampiri dan segera membujuk. Tubuh itu didekapnya, seraya membelai lembut buah hati tercinta. Namun anak laki-laki itu masih mencoba meronta, bahkan dicengkramnya tangan ibunda dengan kuat. Wanita itu meringis kesakitan, tapi pelukannya tak dilepaskan. Lalu sang ibunda membisikkan beberapa patah kata, dan perlahan amukannya mereda.

Anak itu duduk terhenyak. Matanya sejenak menatap binar cinta dari ibunda. Namun tak lama, bola mata itu pun berpindah ke sudut mata, dan menatap pojok ruangan dengan pandangan hampa. Terdengar ia bergumam tak jelas, dan digoyangkan tubuhnya ke depan serta ke belakang berulang-ulang. Asyik berbicara dan bermain dengan sahabat-sahabat di dunianya.

Tak urung tetesan bening jatuh dari telaga mata wanita yang berwajah teduh tersebut. Ajaib, bola mata anak lelaki itu tiba-tiba beralih menatap wajah ibundanya kembali. Lalu dengan susah payah tangannya menyentuh, dan jari telunjuk menyeka air mata yang membasahi pipi.

Terhempas...

Jiwaku serasa dihempaskan ke dasar jurang oleh sebuah kenyataan. Mereka ada, dan nyata di sekitar kita. Dunia mereka memang terselubung kabut tebal, memisahkan raga yang tampak jelas di depan mata, namun jiwanya terbang entah kemana. Melayang, meninggalkan dunia nyata, lalu bermain dengan ilusi dan fantasi di alam khayal.

Mereka pun terbuai dan terlelap di lain dunia. Dininabobokkan bidadari-bidadari yang baik hati membuatnya jatuh hati, lalu lupa dengan ayah bunda, saudara, teman serta raga yang teronggok di alam nyata. Bahkan diacuhkannya kegembiraan membuat burung dari lipatan kertas, bermain bola, berlarian di tanah lapang, atau pun sekedar bertepuk tangan.

Namun, bukankah tak ada satu pun ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala di alam ini yang sia-sia. Di balik kekurangan dirinya, pasti ada keistimewaan. Mereka pasti diciptakan sebagai bagian dari sebuah rencana indah untuk orang-orang terdekat dan mengenalinya. Dengan kehadiran mereka, akan terbentang luas ladang pahala yang siap untuk disemai.

Kehadiran mereka pun membuat ketakjuban akan ajaibnya do'a dan cinta seorang ibunda. Beberapa patah kata yang lahir dari bening hati seorang ibunda selalu sejuk dan teduh, menyimpan berjuta kasih sayang serta cinta. Layaknya sebuah mantera yang sakti mandraguna, mampu membangunkan buah hati dari tidur lelap di lain dunia.

Kiat di buku-buku, majalah dan artikel ilmiah seakan sia-sia untuk mengusik dunianya. Dekapan yang erat dan kencang pun tak mampu meredakan amukan mereka. Bahkan, ucapan para ahli yang disarankan sulit membuat mereka sedikitpun beranjak. Hanya sebentuk do'a yang mustajabah dari ibunda, tak ada hijab kepada yang Maha Menyembuhkan.

Indah... Sungguh teramat indah setiap rencana dan ciptaan-Mu, duhai Allah.

Kau berikan amanah istimewa hanya kepada hamba-Mu yang istimewa pula, dan dari mereka aku rengkuh seribu satu hikmah.

ALLAHua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*

Al-Hubb FiLLAH wa LiLLAH,

Abu Aufa


KITA BAHAGIA BILA.

KITA BAHAGIA BILA........


Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.

Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.

Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.

Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri. Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati. Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan.

Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan no. satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.

Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri, jikalau berharap dari orang lain, siaplah ditinggalkan, siaplah dikhianati. Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.

Percayalah kepada Tuhan, dan bersyukurlah kepadanya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang.


Kendi di Depan Rumah

Kendi di Depan Rumah
Oleh : Prie GS


Di kota saya, ada sebuah rumah, yang kepada rumah itulah saya selalu dipaksa menoleh jika kebetulan melintas di depannya. Rumah itu sederhana saja. Jadi kalau ia menarik perhatian saya, pasti bukan karena bentuknya, melainkan karena dua kendi yang selalu dipajang di depan, berdekatan dengan jalan raya. Tempat kendi itu berupa tiang dengan rumah-rumahan kecil di pucuknya, dengan atap bertuliskan ''air matang''.


Tak sulit menebaknya, kendi itu memang berisi air minum, yang bebas diakses oleh siapa saja. Bahkan oleh para pejalan kaki bernama entah, yang bahkan air putih pun kesulitan membelinya. Adakah orang sesusah itu ada? Ada. Pameran kemiskinan adalah sesuatu yang amat nyata di sekitar kita. Jika kita lupa mengingatnya, barangkali karena kemiskinan itu kita tatap dari jendela mobil, dari tembok-tembok rumah kita yang tinggi, dan dari hotel-hotel berbintang tempat kemiskinan sering diseminarkan. Maka, kemiskinan itu ada, cuma tidak terasa. Kita mengerti tidak enaknya, tapi telah lupa rasanya. Maka kepada kemiskinan di sekitar, kita cenderung lupa, bahkan sekadar menaruh kendi di depan rumah sebagai derma.


Di masa kecil saya, pemandangan itu bukanlah derma yang istimewa. Ada sebuah desa yang malah memakainya sebagai semacam tradisi saja. Tapi kini, desa yang mengajarkan tradisi itupun telah kehilangan penerusnya. Desa itu telah berganti generasi yang memilih menjadi orang kota yang pasti mulai sibuk dengan utusan karier dan nasibnya sendiri.


Berpikir tentang nasib sendiri pun gelap, apalah artinya berpikir tentang kehausan sesama. Di kota tempat saya tinggal itu, dari sekitar hampir dua juta penduduk, sepanjang saya tahu, juga cuma ada dua rumah yang melakuan hal yang sama.


Dua rumah itulah, jika kebetulan lewat, saya reflek menengoknya. Mengucapkan rasa hormat kepada yang empunya sambil malu pada kealpaan diri sendiri. Di tengah hiruk pikuk kota, dua rumah itu, selalu berhasil mengingatkan diri mereka sendiri atas penderitaan sesama. Derma itu bisa jadi kecil saja, cuma air putih di dalam sebuah kendi yang isinya tak seberapa.


Tapi betapa yang kecil pun saya tak sanggup melakukannya. Di dalam diri saya pasti segera muncul pembelaan, ah jalan derma itu, toh bukan cuma dengan cara menaruh kendi-kendi itu saja. Masih banyak cara, yang menurut kita jauh lebih besar, lebih berguna dan menantang pula. Lalu bayangan saya pun telah terpaku kepada banyak cara yang lebih berguna dan lebih menantang itu.


Sementara ingatan saya telah berlari ke cara derma yang banyak itu, saya lupa meneliti, adakah derma saya sudah sebanyak yang saya bayangkan itu. Jika yang kecil pun terlupa, adakah lagi yang bisa diharap dari yang besar dan banyak. Jangan-jangan yang banyak itu cuma imajinasi, cuma sikap kikir dan tak peduli, yang dikemas dalam cita-cita mulia, yang kemuliaan itu cuma terus akan menjadi cita-cita bahkan hingga saya mati.


Sementara saya mati dengan cita-cita mulia, pemilik kendi-kendi itu, memilih terus menjerang air, menaruhnya di kendi-kendinya, mengisinya jika kosong, dan menaruhnya kembali di jalan untuk ia isi kembali jika kosong. Ia menjerang air, mengisi, mencucinya, dan menaruhnya kembali di tempatnya. Terus, terus dan terus. Barangkali sampai ia sendiri mati.


Sementara ia terus menerus mengisi kendi-kendinya, melayani kehausaan saudaranya yang bahkan air putih pun tak kuat membelinya, saya tetap masih di sini, membayangkan sebuah kemuliaan yang tak pernah benar-benar saya kerjakan.

PIANO

PIANO
dari : Tausyiah Majamen Qalbu


Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah, yang memiliki putra yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak menjadi seorang pianis yang terkenal. Selang beberapa waktu kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal. Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual habis.

Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya. Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak betah duduk diam terlalu lama, tanpa sepengetahuan anaknya, ia menyelinap pergi. Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis tersebut. Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana, twinkle2 little star.

Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut, dan bergegas naik ke atas panggung. Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia tersenyum dan berkata "Teruslah bermain", dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk, di samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut. Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung.

Sang anak jadi GR (Gede Rasa), pikirnya "Gila, baru belajar piano sebulan saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya dan menjadikan permainannya sempurna.

Apa implikasinya dalam hidup kita ? Kadang kita bangga akan segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa, bahwa semua itu terjadi karena Allah SWT ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa ada Allah SWT di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi bila Allah SWT ada di samping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita. Semoga kita tidak pernah lupa bahwa ada Allah SWT di samping kita.

Rahasia Kecil Kebahagiaan

Rahasia Kecil Kebahagiaan


Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara! yang tidak prinsipiil.

Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya.

Rasakan apa yang dikatakannya.

----------

kiriman Hafni (hafni@combiphar.com)


Pohon Berduri

Pohon Berduri


Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah. Awasi dan berhitunglah dengan perbuatan dirimu yang telah kalian lakukan, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap segala amal perbuatanmu. (al-Quran)


Seorang pemuda menanam pohon berduri didepan rumahnya. Walikota menyuruh sipemuda untuk memotong pohon tersebut dengan kapak milik sang pemuda karena kekhawatiran akan bahaya yang tidak hanya mengancam keselamatan si-pemuda tapi juga para pejalan yang kerap lewat di depan rumahnya. Saat duri-duri dari pohon tersebut telah keluar nanti, ia akan melukai kakinya dan juga kaki para pejalan di depan rumahnya.Belum lagi bahaya-bahaya lain yang sangat mungkin ditimbulkan dari pohon berduri itu. Namun sialnya pemuda kita ini menganggap enteng dan terus menerus mengundur-undur waktu untuk menebangnya. Roda waktu berputar tanpa henti. Bulan berganti tahun, pohon berduri itu telah tumbuh membesar, akarnya menghujam jauh kebumi, dahan dan rantingnya kini sudah menjulur kesana kemari. Sementara pemuda ini telah berubah menjadi seorang kakek ringkih. Ketika mengetahui pohon berduri itu telah benar-benar melukai dan menyengsarakan dirinya dan banyak orang, kakek ringkih ini segera mengambil kapak berniat untuk menebang pohon berduri tanamannya. Namun betapa sayangnya ayunan kapak sikakek sudah tidak mampu lagi menggores kokohnya batang pohon. Usia uzur sikakek telah merenggut kekuatannya untuk menumbangkan pohon berduri tsb, hasil tanamannya sendiri.


Maulana Rumi, penyair Sufi Afghanistan itu menutur cerita ini dalam Masnawi-nya. Rumi mengingatkan kepada kita bahwa penundaan untuk menghentikan tindakan buruk hanya semakin mengokohkan keburukan itu sendiri dan melemahkan energi untuk merubahnya. Didalam hati kita pohon berduri itu tumbuh saat kita melakukan keburukan kepada Tuhan, diri dan sesama. Jangan menunggu waktu, karena tiap detik adalah kesempatan mengakarkan, mengokohkan pohon itu disekujur tubuhmu. Ambillah kapak imanmu segera sebelum terlambat untuk menumbangkannya. Penundaan hanyalah melahirkan ketakberdayaan. Kelak saat kapak imanmu tidak lagi tajam, tubuhmupun sudah kehilangan kekuatan. Belantara pohon berduri itu bahkan kelak menusuk mata, telinga dan hatimu. Sebelum telingamu bernanah oleh cemoohan, matamu menangis oleh kedukaan tak berujung, dan hatimu berdarah oleh himpitan derita dan adzab, tebaslah pohon berduri itu. Janganlah berani melawan waktu, karena waktu selalu menertawakan keringkihanmu.


Mentari Dzulhijjah menutup mata sudah. Rembulan 1 Muharram mengabarkan tahun baru. Jika hidupmu seperti pekat malam, yakinlah selalu ada rembulan dan bintang yang mencerahkan. Sepekat dan segelap apapun hidupmu, setitik cahayapun mampu mengusir ketakutanmu. Ditengah kegelapan hidup di mekkah dahulu, Rasul membawa sahabat-sahabatnya menjemput cahaya kota Madinah. Hijrah, mengubah hidup agar terarah. Hijrah, meneguhkan hidup diatas bimbingan cahaya. Allah adalah cahaya langit bumi, Allah adalah cahaya diatas cahaya (Qs al-nur ;35).


Tekadmu adalah kapak itu. Tebaslah kini pohon-pohon berduri dihatimu. Renggutlah akar-akarnya. Seperti Ibrahim, kakekmu, hancurkanlah berhala-berhala yang membatu disekujur tubuhmu. Belajarlah kini menjadi petani yang selalu merindui hujan. Guyurilah hati dan tubuhmu senantiasa dengan kebeningan rintik ayat-ayat Tuhan. Tanamlah perlahan benih kejujuran, keikhlasan, kesabaran, tulus hati dan pengabdian kepada Tuhan. Rawat dan pupuklah mereka secara sabar. Kelak diakhir tahun, saat mereka berbuah, panen raya mendekapmu dalam bahagia. Saat hatimu lega dan bersuka cita, berbagilah dengan sesama. Hatimu adalah surgamu. Bukan pohon berduri yang harusnya menempati, namun anggur Tuhan yang mestinya bersemayam. Selamat menanam.